Ramadhan merupakan bulan panen pahala. Ibadah wajib dilipatgandakan 
70 kali lipat dan sunah disejajarkan dengan ibadah wajib. Pada bulan 
suci ini, Allah SWT memberikan sarana menghapus dosa pada masa lampau.
Di antara sarana itu, yakni shalat Tarawih. Rasulullah SAW bersabda, “
Barang
 siapa yang menunaikan qiyam Ramadhan (sebulan penuh) dengan keimanan 
(meyakini pahala yang dijanjikan Allah) dan mencari pahala dari Allah 
maka dosanya yang terdahulu akan diampuni.” ( HR al-Bukhari dan Muslim).
Dosa
 yang diampuni, menurut Ibnu Al Mundzir, mencakup dosa besar dan kecil. 
Berbeda dangan An-Nawawi yang mengatakan, dosa yang kecil saja yang 
dihapus melalui shalat malam tersebut. Kendati demikian, shalat Tarawih 
memperingan dosa besar.
Shalat Tarawih, termasuk qiyamullail yang
 menjadi kebiasaan atau amalan rutin orang saleh. Shalat Tarawih 
hukumnya sunah muakkadah (yang dikukuhkan).
Itu berdasarkan hadis
 dari ‘Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW shalat di masjid, lalu diikuti 
orang banyak. Pada hari kedua diikuti lebih banyak, kemudian pada hari 
ketiga para sahabat berkumpul banyak, tetapi Rasulullah tidak keluar.
Pada pagi harinya beliau bersabda, “
Aku
 melihat apa yang kamu sekalian lakukan, tidaklah ada yang mencegahku 
untuk keluar, kecuali karena aku khawatir shalat Tarawih diwajibkan atas
 kamu.” (Muttafaq alaih).
Ibadah ini merupakan taqarrub kepada Ilahi yang paling agung pada bulan suci. Al-Hafidz Ibnu Rajab berkata, 
“Seorang
 mukmin pada bulan Ramadhan menggabungkan dua jihad untuk melawan 
nafsunya; jihad siang hari melalui puasa dan jihad malam hari melalui 
qiyamullail. Barang siapa yang menggabungkan dua jihad ini maka 
pahalanya akan diberikan tanpa hitungan.”
Rasulullah SAW 
tidak membatasi jumlah rakaat shalat malam. Umar RA dan para sahabat 
melakukan shalat Tarawih 20 rakaat selain witir. 
Mereka bersandar pada hadis Nabi SAW, “
Shalat
 malam dua rakaat, dua rakaat, apabila salah seorang dari kamu khawatir 
masuk waktu Subuh, menutupnya dengan witir satu rakaat.” (HR al-Bukhari).
Dalam hadis ini tidak ada pembatasan rakaat. Dan, mereka merupakan generasi yang memahami sunah Rasulullah SAW.
Selama Ramadhan, kita harus berusaha maksimal menunaikan Tarawih 
setiap malam dengan berjamaah sampai usai agar mendapatkan pahala 
qiyamullail semalam suntuk.
Abu Dzar meriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “
Barang siapa yang menunaikan qiyam bersama imam (berjamaah) sampai selesai maka ditulis pahala shalat malam semalam suntuk.” (HR Imam Ahmad, at-Turmudzi, dan disahihkan oleh al-Albani).
Hadis
 ini dalil disyariatkannya qiyam Ramadhan dengan berjamaah. Dan, ini 
merupakan sunah Nabi SAW yang diikuti para Khulafa’ar Rasyidin dan 
sahabat. 
Sesungguhnya Rasulullah SWT mendirikan qiyamullail 11 
rakaat sekitar lima jam, bahkan terkadang seluruh malam digunakannya 
untuk qiyamullail. Satu rakaat ditunaikan sekitar 40 menit.
Oleh 
sebab itu, para as-salaf as shalih terdahulu berusaha memperpanjang 
rakaatnya sambil mengkhatamkan Alquran dalam qiyam Ramadhan. 
Setiap
 mukmin wajib bersungguh-sungguh mendirikan Tarawih ini, terlebih pada 
malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk menanti Lailatul Qadar.
Rasulullah menegaskan, “
Barang
 siapa qiyam pada malam al-qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala
 dari Allah maka akan diampuni semua dosanya yang terdahulu.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Semoga kita termasuk orang-orang yang serius meraih keutamaan Ramadhan dan qiyam-nya. Aamiin.
Sumber : www.republika.co.id